Manusia
memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Ada
yang perasaan atau mood-nya baik, ada
juga yang tidak. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupannya. Terutama bagi yang mood-nya tidak stabil atau naik turun, terkadang
dapat sedih seminggu lalu bahagia berlebihan seminggu depannya tanpa ada alasan
yang jelas. Keadaan seperti itu disebut bipolar disorder.
Sebenarnya
apa itu bipolar disorder? Tidak semua orang mengetahuinya, terutama masyarakat
awam.
ilustrasi foto: www.google.com |
Kata
bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi yang berarti dua, dan polar berarti
kutub. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Keempat, bipolar adalah yang mempunyai dua kutub. Seperti sebuah
magnet yang memiliki dua kutub, begitulah nama bipolar berasal. Sedangkan
disorder adalah keadaan yang tidak sesuai dengan tatanan (aturan atau keadaan)
yang umum—dapat disimpulkan sebuah gangguan. Dengan begitu, bipolar disorder
adalah gangguan yang mempunyai dua kutub.
Dapat
dikatakan pengertian secara umumnya, bipolar disorder adalah gangguan perasaan
atau mood yang membuat suasana hati
berubah secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan, yaitu
manik (kesenangan) dan depresi (kesedihan). Bipolar ini termasuk gangguan
kejiwaan, tetapi bukan berarti gila. Orang yang menderitanya tidaklah
kehilangan kewarasannya dan berlaku aneh. Banyak diagnosis gangguan jiwa yang
sebenarnya orangnya masih bisa berfungsi dengan baik dan bisa bekerja atau
berkreativitas.
Masyarakat
awam menganggap orang yang mengidap gangguan jiwa atau gangguan mental
emosional hanyalah orang gila. Faktanya, tidak semua orang yang mengalami
gangguan jiwa dapat disebut “gila” secara medis. Secara medis mungkin yang
disebut “gila” itu adalah orang-orang yang mengalami gangguan psikotik.
Gangguan psikotik adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat membedakan dunia
nyata dan dunia khayalnya, contoh gejalanya: ada yang merasa dirinya adalah nabi,
artis terkenal, atau merasa bahwa keluarga terdekatnya ingin mencelakakannya.
Selain itu, tidak jarang yang dapat mendengar atau melihat hal-hal yang tidak
dapat didengar atau dilihat oleh orang lain.
Oleh
karena itu, gangguan jiwa adalah sekumpulan gejala psikologis dan perilaku yang
menyebabkan seseorang mengalami penderitaan dan penurunan pada fungsinya
sehari-hari, seperti fungsi untuk bersosialisasi, belajar, bekerja, merawat
diri, dan sebagainya. Gangguan kejiwaan atau mental ada banyak jenisnya. Selain
gangguan psikotik, gangguan jiwa mencakup gangguan depresi, gangguan bipolar,
kecemasan, fobia, gangguan obsesif kompulsif, penyalahgunaan zat adiktif/napza,
retardasi mental, autisme pada anak, demensia, dan sebagainya.
Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja, baik laki-laki
atau perempuan, dari semua kelompok, umur, serta pada semua ras dan kelompok
etnis. Semua itu tergantung dengan penyebab dan faktor yang dimiliki setiap
orang. Penyebab dan faktor tersebut, yaitu kombinasi dari faktor biologis,
psikologis, dan sosial seperti kejadian dalam hidup yang membuat
stres/tertekan, pola asuh orang tua, pola hubungan dalam keluarga, penyakit
yang menyebabkan gangguan pada otak, kelainan genetik, dan permasalahan
kesehatan lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan
neurotransmiter di otak. Mengenai neurotransmiter akan dijelaskan dalam penyebab bipolar disorder.
Kembali
lagi pada bipolar. Orang bipolar tetaplah seperti orang normal pada umumnya,
hanya saja perubahan mood-nya yang naik
turun secara drastis membuatnya tidak bisa mengendalikan diri. Mereka ingin
sekali bisa terus normal seperti kebanyakan orang, tanpa harus berjuang
mati-matian dengan bipolarnya. Bipolar memang memiliki episode waktu, ada
kalanya saat mania, saat depresi, dan saat normal yang bergantian setiap
waktunya (berepisode) dalam jangka yang tidak dapat ditentukan.
ilustrasi foto: www.google.com |
Setiap
orang pastinya pernah merasakan suasana hati yang baik dan suasana hati yang
buruk. Akan tetapi, pengidap bipolar memiliki mood swings yang ekstrim. Suatu saat, dapat antusias &
bersemangat sekali (mania). Namun, di waktu lain saat mood-nya berubah menjadi buruk, ia dapat begitu sedih, murung,
depresi, dan kalau sudah sangat parah mempunyai keinginan bunuh diri.
Sering
kali pengidap bipolar tidak menyadari adanya gangguan pada dirinya. Mungkin ada
yang menyadarinya, tapi masih banyak yang belum menyadarinya.
“Jangan
menganggap remeh gangguan bipolar!” begitulah kata Prof. Dr. Sasanto Wibisono,
SpKJ (K), Guru Besar dari Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, seperti dikutip dari
harian Pikiran Rakyat 12 Mei 2006. Beliau pun melanjutkan, gangguan bipolar
yang tidak diterapi dengan baik akan membahayakan jiwa penderita itu sendiri.
Gangguan jiwa bukan hanya ‘milik’
negara-negara miskin atau sedang berkembang seperti Indonesia. Pada
kenyataannya, gangguan jiwa menjadi salah satu dari empat masalah kesehatan
utama di negara maju. Gangguan bipolar termasuk salah satu contohnya.
Bipolar
disorder dulu dikenal sebagai manic-depressive,
yaitu penyakit otak yang menyebabkan perubahan-perubahan tidak biasa pada
suasana hati, energi, tingkat-tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Gejala-gejala bipolar dapat berakibat pada hubungan yang
rusak, pencapaian sekolah atau pekerjaan yang buruk, dan bahkan bunuh diri.
Namun, bipolar dapat dirawat dan dapat menjalankan kehidupan yang penuh dan
produktif.
Bipolar
sering kali berkembang pada akhir masa remaja seseorang atau pada tahun-tahun
awal masa dewasa, yaitu sebelum umur 25 tahun. Bipolar tidak mudah untuk
diketahui ketika ia mulai. Gejala-gejalanya mungkin terlihat seperti persoalan
yang terpisah, tidak dikenali sebagai bagian dari persoalan yang besar.
Beberapa orang menderita bertahun-tahun sebelum mereka didiagnosa dan dirawat
secara benar. Seperti diabetes atau penyakit jantung, bipolar adalah sakit
jangka panjang yang harus dikelola secara hati-hati sepanjang kehidupannya.
Seseorang
mungkin sedang dalam episode bipolar jika ia mempunyai sejumlah gejala-gejala
mania atau depresi hampir sepanjang hari, setiap hari, dan paling sedikit satu
atau dua minggu. Adakalanya gejala-gejalanya begitu parah sehingga orang itu
tidak dapat berfungsi di tempat kerja, sekolah, atau rumah.
Gejala dan
ciri-ciri yang dialami pada fase mania
ialah sebagai berikut:
1. Perasaan
mudah tersinggung dan curiga,
2. Mudah marah,
emosi tidak terkendali, dan tidak sabaran,
3. Merasa
dirinya penting dan perfek,
4. Merasa
memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain,
5. Penuh ide dan
semangat baru,
6. Cepat
berpindah dari satu ide ke ide lainnya,
7. Berbicara
cepat sehingga sulit dimengerti,
8. Membuat
keputusan aneh dan tiba-tiba,
9. Merasa sangat
mengenal orang lain,
10. Mudah
dikacaukan atau dipengaruhi, dan
11. Tidur yang
sedikit karena sangat aktif.
Menurut Weisberg (1994),
perubahan mood mempengaruhi motivasi
untuk menghasilkan karya kreatif daripada proses kreatif itu sendiri. Seorang
penderita bipolar disorder yang berada pada tahap mania cenderung lebih berani
mengeluarkan isi pikirannya daripada seseorang tanpa bipolar disorder. Ini
banyak ditemukan pada orang-orang yang terlibat dalam dunia seni. Sejumlah
artis, komposer, dan penulis yang mempunyai riwayat bipolar disorder dikenal
dapat menghasilkan karya-karya yang baik. Para sejarawan juga percaya bahwa
Vincent Van Gogh mengidap bipolar disorder. Keadaan mania dapat memicu
kreativitas terkait dengan adanya peningkatan mood, pikiran yang muncul tiba-tiba, dan kemampuan
menghubung-hubungkan ide dan gagasan.
Issac Newton, Ludwig Van
Beethoven, Demi Lovato, Vivien Leigh, Sinead O’Connor, Ernest Hemingway, Sidney
Sheldon, Jim Carrey, dan masih banyak lagi juga mengidap bipolar disorder.
Gejala dan ciri
yang dialami pada saat fase depresi
ialah sebagai berikut:
1. Tidak ada
minat dan semangat,
2. Pesimis dan
timbul perasaan bersalah,
3. Suasana hati
yang murung dan sedih,
4. Sering
menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas,
5. Kehilangan
minat untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan,
6. Mudah letih
dan tak bertenaga,
7. Sulit berkonsentrasi,
8. Merasa tak berguna
dan putus asa,
9. Merasa
bersalah dan berdosa,
10. Menarik diri
dari pergaulan dan tidak percaya diri,
11. Tidak nafsu
makan atau sering kali makan, dan
12.
Memikirkan kematian. Hampir semua penderita bipolar
disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri dan 30% di antaranya berusaha
untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara. (1990, dalam Davison,
Neale, & Kring, 2004)
Selain fase mania dan depresi, bipolar disorder juga terdapat fase hipomania. Hipomania mirip dengan
mania. Perbedaannya pengidap bipolar pada fase ini merasa lebih tenang
seakan-akan telah kembali normal, serta tidak mengalami hallucination dan delusion.
Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa,
tapi membawa risiko yang sama dengan mania. Gejala dan ciri yang dialami pada
saat fase hipomania ialah sebagai
berikut.
1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif,
dan cepat marah.
3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.
Ada pula episode campuran (mixed state episode). Mixed state adalah suatu kondisi di mana
tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita
mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide
yang berlalu-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi,
beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa
kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat.
Alkohol, narkoba, dan obat-obat antidepresan sering dikonsumsi oleh penderita
saat berada pada epiode ini. Mixed state
bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada
episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena
kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.
Gejala dan ciri yang
diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri ialah sebagai berikut.
1. Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk
mati kepada orang-orang di sekitarnya.
2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan
alkohol.
4. Terkadang lupa akan utang atau tagihan seperti tagihan
listrik dan telepon.
Penderita yang mengalami
gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang mengetahuinya, sebaiknya segera
menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan meninggalkan penderita sendirian, dan
jauhkan benda-benda atau peralatan yang berisiko dapat membahayakan penderita
atau orang-orang di sekelilingnya.
Penyebab Bipolar Disorder
Seperti yang dikatakan di atas,
penyebab gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja. Begitu pun bipolar
disorder. Berikut penyebab atau faktor yang mempengaruhi bipolar disorder:
Faktor Genetik
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab
bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya
merupakan pengidap bipolar disorder memiliki risiko mengidap penyakit yang sama
sebesar 15-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka
50-75% anak-anaknya berisiko mengidap bipolar disorder. Beberapa catatan
kelahiran yang kurang sempurna seperti kelahiran prematur, kekurangan oksigen
saat kelahiran, dan riwayat kesulitan kelahiran lain cukup menyumbang peran
yang besar sebagai pembawa gejala bipolar.
Faktor Lingkungan
Bipolar disorder tak hanya
dipengaruhi oleh gen saja, tetapi juga didorong oleh faktor lingkungan.
Pengidap bipolar cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang
melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian
tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain
jatuh cinta, putus cinta, kematian orang tua, dan kematian sahabat. Sedangkan
peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan
dipecat dari pekerjaan.
Ketidakseimbangan “key chemicals”
Bipolar
disorder juga disebabkan oleh ketidakseimbangan "key chemicals" (cairan kimia utama) dalam otak. Otak terdiri
dari bermilyar-milyar sel syaraf yang secara konstan menyampaikan informasi
dari sel satu ke sel lainnya. Untuk menjaga kestabilan arus informasi dari sel
ke sel, maka otak menghasilkan cairan yang dinamakan "neurotransmitters". Neurotransmitters
adalah saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya. Norepinephrin,
dopamine, dan serotonin merupakan beberapa jenis neurotransmitters yang penting dalam penghantaran impuls syaraf.
Pada penderita bipolar disorder, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam
keadaan yang tidak seimbang. Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap
bipolar disorder dengan kadar dopamine
yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif, dan percaya
diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi, fase
ini terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak menurun di bawah normal
sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan
untuk bunuh diri yang besar.
Kelainan Otak
Terdapat perbedaan gambaran otak
antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic
resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET),
didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks
prefrontal subgenual. Dari penelitian pada penderita gangguan bipolar berusia
dewasa, diketahui bahwa pada pemeriksaan MRI didapatkan pembesaran ventrikel
ke-3. Pemeriksaan PET menunjukan penurunan aktivitas metabolisme pada bagian
otak depan (lobus frontalis). Hingga saat ini dikatakan bahwa abnormalitas yang
terjadi pada bagian-bagian otak tersebut akan menyebabkan gangguan dalam pengaturan
mood dan fungsi kognitif.
Serangan Virus
Gangguan
bipolar belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi diduga berkaitan
dengan virus yang menyerang otak. Serangan virus berlangsung semasa janin dalam
kandungan atau di tahun pertama sesudah lahir. Namun, baru 15-20 tahun kemudian
mewujud menjadi bipolar.
Semua
kemungkinan penyebab gangguan bipolar di atas, baru dugaan dan masih dalam
proses penelitian lebih lanjut. Penyebab gangguan bipolar yang sebenarnya belum
diketahui dengan pasti sampai saat ini.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
pola gejalanya yang khas. Namun, secara garis besar bipolar diklasifikasikan
menjadi gangguan bipolar 1, bipolar 2, bipolar campuran, dan siklotimik.
Gangguan Bipolar I
Diucapkan "bipolar
satu" dan juga dikenal sebagai manic-depressive disorder atau manic
depression. Seseorang dipengaruhi oleh gangguan bipolar I memiliki setidaknya
satu episode manik dalam hidupnya. Kebanyakan orang dengan gangguan bipolar I
juga menderita dari episode depresi. Sering kali, ada pola berulang antara
mania dan depresi. Di sinilah istilah "manic depresi" berasal. Di
antara episode mania dan depresi, banyak orang dengan gangguan bipolar I bisa
menjalani kehidupan normal. Gangguan bipolar I lebih banyak episode manik
daripada depresi. Bipolar I juga ada kecenderungan mengalami waham. Waham yaitu
keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata serta
dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika.
Gangguan Bipolar II
Mirip dengan gangguan bipolar I,
dengan suasana hati berulang antara tinggi dan rendah dari waktu ke waktu.
Namun, pada gangguan bipolar II, yang "naik" suasana hati tidak
pernah mencapai penuh pada mania. Suasana hati yang paling tinggi dalam
gangguan bipolar II disebut episode hypomanic,
atau hypomania. Seseorang yang
dipengaruhi oleh gangguan bipolar II memiliki setidaknya satu episode hypomanic dalam hidupnya. Kebanyakan
orang dengan gangguan bipolar II juga menderita episode depresi. Di antara
episode hypomania dan depresi, banyak
orang dengan gangguan bipolar II hidup normal. Bipolar II tidak ada
kecenderungan mengalami waham. Episode depresif dalam gangguan bipolar II mirip
dengan depresi klinis, dengan perasaan depresi, kehilangan kesenangan, energi
rendah dan aktivitas, perasaan bersalah atau tak berharga, dan pikiran bunuh
diri. Siklus gejala gangguan bipolar ini bisa minggu, bulan, atau jarang tahun.
Kebanyakan bipolar II lebih banyak mengalami episode depresi.
Gangguan Bipolar Campuran
Berbeda dengan gangguan bipolar
II, gangguan bipolar campuran antara episode depresi dan episode manik tidak
ada aturan. Tanda-tanda umum episode campuran termasuk gejala depresi
dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, dan pikiran
yang berubah-ubah sangat cepat. Kombinasi energi tinggi dan rendah ini membuat
suasana hati yang sangat berisiko tinggi bunuh diri. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita
bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan
untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.
Gangguan Siklotimik
Bentuk yang lebih ringan adalah
gejala siklotimik, di mana periode kegembiraan dan depresi tidak terlalu berat,
berlangsung hanya beberapa hari dan kambuh dalam selang waktu yang tidak
beraturan. Pada akhirnya penyakit siklotimik berkembang menjadi penyakit
manik-depresif, tetapi tidak pernah berkembang menjadi depresi maupun mania.
Penanganan untuk Bipolar Disorder
Banyak orang dengan bipolar disorder menemukan psikoterapi sebagai
bagian penting dari program pengobatan mereka. Sebuah intervensi jangka pendek
yang disebut terapi kognitif telah membantu beberapa orang. Terapi kognitif
beroperasi pada prinsip bahwa pikiran menentukan suasana hati dan emosi.
Meskipun ini bukan untuk mengatakan bahwa orang dengan bipolar disorder harus
mampu mengendalikan suasana hati mereka, terapi memiliki aplikasi untuk belajar
bagaimana memantau pemikiran seseorang sebagai peringatan dari tahap awal
episode.
Bipolar disorder biasanya akan berlangsung seumur hidup.
Bipolar memang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi bisa ditangani secara
efektif dengan treatment jangka panjang. Penanganan yang tepat membantu orang
dengan bipolar disorder mengontrol perubahan mood yang terjadi pada dirinya.
Penanganan yang efektif biasanya menggabungkan antara
farmakologi atau penggunaan obat dan psikoterapi. Untuk penanganan dengan
obat-obatan, harus berkonsultasi dengan psikiater atau berobat ke pusat
kesehatan. Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala bipolar adalah
penstabil mood, antipsikotik, dan antidepresan. Masing-masing obat ini memiliki
efek samping yang berbeda-beda pada tubuh penggunanya dan sering kali sangat
tidak nyaman, seperti diare, penglihatan kabur, dan pusing. Namun, obat-obatan
ini harus tetap dikonsumsi secara rutin.
Untuk psikoterapi, ada beberapa teknik yang bisa dipilih
dalam penanganan bipolar disorder. Cognitive Behavioral
Therapy (CBT) adalah teknik psikoterapi yang diterapkan pada
individu dengan bipolar disorder. Teknik ini membantu mereka untuk belajar
mengubah pikiran dan perilaku yang merusak atau negatif. Family-focused therapy adalah teknik yang melibatkan
anggota keluarga. Teknik ini membantu keluarga untuk mengenali gejala-gejala
yang mungkin timbul dan apa yang bisa dilakukan oleh keluarga. Teknik ini juga
berusaha meningkatkan komunikasi dan kemampuan penyelesaian masalah dalam
keluarga. Interpersonal and social rhythm therapy
adalah teknik yang berusaha meningkatkan kemampuan sosial orang dengan bipolar
disorder. Selain itu, mereka diharuskan untuk membuat jadwal rutin dan tidur
untuk melindungi dari episode manic.
Selain dengan psikoterapi dan
obat-obatan, bisa juga menumbuhkan pikiran positif dalam diri agar dalam
hidupnya akan selalu berpikir positif dan menjauhkan pikiran negatif. Salah satu
caranya dengan motivasi. Baik melalui kata-kata motivasi maupun musik, buku,
dan film yang memotivasi. Semua itu dapat mendorong diri agar lebih kuat
menjalankan hidup ini karena hidup sebuah perjuangan, terutama bagi seorang
bipolar disorder.
Film
At the Very Bottom of Everything (di
dasar segalanya) merupakan film yang menceritakan perjuangan seorang pengidap
bipolar disorder dalam menjalani kehidupannya. Trailernya dapat dilihat di youtube. Ini linknya: http://www.youtube.com/watch?v=upzH4i8eITU
Dari
trailer itu, pengidap bipolar berjuang mati-matian melawan bipolarnya. Walaupun
sering kali ia jatuh, jatuh, dan jatuh lagi. Ia berusaha mencari jalan keluar
agar ia bisa bangkit dan tidak digerogoti tikus (ilustrasi dalam film)—tikus
adalah pengganti bipolar yang terus menggerogoti tubuhnya. Mungkin awalnya saat
pertama kali menonton trailer film itu, kamu bertanya-tanya dan tidak mengerti
maksudnya. Bahkan mungkin merasa jijik dan takut dengan tikus, banyaknya
luka-luka dan darah di tubuh pemerannya. Akan tetapi, bila kamu meresapi dan
mendalami maksud dari itu semua, kamu akan tahu betapa menderitanya seorang
bipolar disorder.
Sudah
ada beberapa film luar negeri yang menceritakan tentang bipolar disorder, salah
satunya berjudul Black Swan. Mungkin
film karya anak negeri kita sendiri yang menceritakan tentang bipolar baru film
At the Very Bottom of Everything karya
Paul Agusta. Film itu berdasarkan pengalamannya sendiri dalam menghadapi
bipolar disorder.
ilustrasi foto: www.google.com |
Apa yang Harus Dilakukan
Jika Menemui Orang dengan Bipolar Disorder?
Jika kamu menemukan seseorang dengan Gangguan Bipolar, hal
pertama dan terpenting yang harus dilakukan adalah membantunya untuk memperoleh
bantuan berupa diagnosa dan penanganan yang tepat. Kamu bisa mengantarkannya ke
psikiater, psikolog, atau pusat kesehatan terdekat. Beri dukungan agar orang
tersebut mau memperoleh penanganan. Selain itu, kamu juga bisa melakukan beberapa
hal di bawah ini untuk membantu teman atau keluarga yang mengalami bipolar
disorder:
- Beri dukungan emosional, pengertian, dan kesabaran baginya.
- Pelajari tentang bipolar disorder sehingga kamu dapat memahami apa yang ia rasakan.
- Ingatkan dan kontrol jalannya penanganan, baik obat-obatan maupun psikoterapi.
- Jangan pernah mengabaikan keinginannya untuk menyakiti diri sendiri, laporkan dan konsultasikan dengan tenaga kesehatan.
Jika Kamu Sendiri
Merasakan Gejala Bipolar?
Segera cari bantuan ke tenaga kesehatan, baik psikiater,
psikolog, maupun pusat kesehatan lainnya untuk mendapat penanganan. Selain itu,
tetap jaga rutinitas sehari-hari, seperti tidur dan makan di waktu yang sama
setiap harinya. Jangan pernah meninggalkan obat yang telah diresepkan oleh
tenaga kesehatan. Pelajari tanda-tanda munculnya gejala mania atau depresi.
Bipolar disorder harus diobati secara terus-menerus, tidak
boleh putus. Bila putus, fase normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin
sering. Adanya fase normal pada bipolar disorder sering mengakibatkan buruknya “kepatuhan”
untuk berobat karena dikira sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi sangat
penting agar penderita dapat ditangani lebih dini.
Namun,
sebaik apa pun terapi dan pengobatan bipolar yang dijalani, tak akan efektif
dan optimal hasilnya jika tidak memiliki 3 hal berikut:
- Kemauan kuat untuk sembuh,
- Keyakinan yang kokoh kepada diri-sendiri dan kepada Tuhan bahwa dirinya bisa sembuh, dan
- Semangat, antusiasme, dan disiplin diri dalam menjalani terapi/pengobatan.
Tulisan ini diambil dari berbagai sumber yang dijadikan
satu sehingga saling berhubungan. Semoga bermanfaat, menambah pengetahuan, dan dapat ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Bila ada kritik dan masukannya sangat ditunggu dengan senang hati untuk
menambah pengetahuan saya :)
Sumber: