Minggu, 31 Agustus 2014

Bipolar Disorder?


Manusia memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Ada yang perasaan atau mood-nya baik, ada juga yang tidak. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupannya. Terutama bagi yang mood-nya tidak stabil atau naik turun, terkadang dapat sedih seminggu lalu bahagia berlebihan seminggu depannya tanpa ada alasan yang jelas. Keadaan seperti itu disebut bipolar disorder.
Sebenarnya apa itu bipolar disorder? Tidak semua orang mengetahuinya, terutama masyarakat awam.
ilustrasi foto: www.google.com
Kata bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi yang berarti dua, dan polar berarti kutub. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, bipolar adalah yang mempunyai dua kutub. Seperti sebuah magnet yang memiliki dua kutub, begitulah nama bipolar berasal. Sedangkan disorder adalah keadaan yang tidak sesuai dengan tatanan (aturan atau keadaan) yang umum—dapat disimpulkan sebuah gangguan. Dengan begitu, bipolar disorder adalah gangguan yang mempunyai dua kutub.
Dapat dikatakan pengertian secara umumnya, bipolar disorder adalah gangguan perasaan atau mood yang membuat suasana hati berubah secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan, yaitu manik (kesenangan) dan depresi (kesedihan). Bipolar ini termasuk gangguan kejiwaan, tetapi bukan berarti gila. Orang yang menderitanya tidaklah kehilangan kewarasannya dan berlaku aneh. Banyak diagnosis gangguan jiwa yang sebenarnya orangnya masih bisa berfungsi dengan baik dan bisa bekerja atau berkreativitas.
Masyarakat awam menganggap orang yang mengidap gangguan jiwa atau gangguan mental emosional hanyalah orang gila. Faktanya, tidak semua orang yang mengalami gangguan jiwa dapat disebut “gila” secara medis. Secara medis mungkin yang disebut “gila” itu adalah orang-orang yang mengalami gangguan psikotik. Gangguan psikotik adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat membedakan dunia nyata dan dunia khayalnya, contoh gejalanya: ada yang merasa dirinya adalah nabi, artis terkenal, atau merasa bahwa keluarga terdekatnya ingin mencelakakannya. Selain itu, tidak jarang yang dapat mendengar atau melihat hal-hal yang tidak dapat didengar atau dilihat oleh orang lain.
Oleh karena itu, gangguan jiwa adalah sekumpulan gejala psikologis dan perilaku yang menyebabkan seseorang mengalami penderitaan dan penurunan pada fungsinya sehari-hari, seperti fungsi untuk bersosialisasi, belajar, bekerja, merawat diri, dan sebagainya. Gangguan kejiwaan atau mental ada banyak jenisnya. Selain gangguan psikotik, gangguan jiwa mencakup gangguan depresi, gangguan bipolar, kecemasan, fobia, gangguan obsesif kompulsif, penyalahgunaan zat adiktif/napza, retardasi mental, autisme pada anak, demensia, dan sebagainya.
Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, dari semua kelompok, umur, serta pada semua ras dan kelompok etnis. Semua itu tergantung dengan penyebab dan faktor yang dimiliki setiap orang. Penyebab dan faktor tersebut, yaitu kombinasi dari faktor biologis, psikologis, dan sosial seperti kejadian dalam hidup yang membuat stres/tertekan, pola asuh orang tua, pola hubungan dalam keluarga, penyakit yang menyebabkan gangguan pada otak, kelainan genetik, dan permasalahan kesehatan lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Mengenai neurotransmiter akan dijelaskan dalam penyebab bipolar disorder.
Kembali lagi pada bipolar. Orang bipolar tetaplah seperti orang normal pada umumnya, hanya saja perubahan mood-nya yang naik turun secara drastis membuatnya tidak bisa mengendalikan diri. Mereka ingin sekali bisa terus normal seperti kebanyakan orang, tanpa harus berjuang mati-matian dengan bipolarnya. Bipolar memang memiliki episode waktu, ada kalanya saat mania, saat depresi, dan saat normal yang bergantian setiap waktunya (berepisode) dalam jangka yang tidak dapat ditentukan.
ilustrasi foto: www.google.com
Setiap orang pastinya pernah merasakan suasana hati yang baik dan suasana hati yang buruk. Akan tetapi, pengidap bipolar memiliki mood swings yang ekstrim. Suatu saat, dapat antusias & bersemangat sekali (mania). Namun, di waktu lain saat mood-nya berubah menjadi buruk, ia dapat begitu sedih, murung, depresi, dan kalau sudah sangat parah mempunyai keinginan bunuh diri.
Sering kali pengidap bipolar tidak menyadari adanya gangguan pada dirinya. Mungkin ada yang menyadarinya, tapi masih banyak yang belum menyadarinya.
“Jangan menganggap remeh gangguan bipolar!” begitulah kata Prof. Dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K), Guru Besar dari Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, seperti dikutip dari harian Pikiran Rakyat 12 Mei 2006. Beliau pun melanjutkan, gangguan bipolar yang tidak diterapi dengan baik akan membahayakan jiwa penderita itu sendiri.
Gangguan jiwa bukan hanya ‘milik’ negara-negara miskin atau sedang berkembang seperti Indonesia. Pada kenyataannya, gangguan jiwa menjadi salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara maju. Gangguan bipolar termasuk salah satu contohnya.
Bipolar disorder dulu dikenal sebagai manic-depressive, yaitu penyakit otak yang menyebabkan perubahan-perubahan tidak biasa pada suasana hati, energi, tingkat-tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Gejala-gejala bipolar dapat berakibat pada hubungan yang rusak, pencapaian sekolah atau pekerjaan yang buruk, dan bahkan bunuh diri. Namun, bipolar dapat dirawat dan dapat menjalankan kehidupan yang penuh dan produktif.
Bipolar sering kali berkembang pada akhir masa remaja seseorang atau pada tahun-tahun awal masa dewasa, yaitu sebelum umur 25 tahun. Bipolar tidak mudah untuk diketahui ketika ia mulai. Gejala-gejalanya mungkin terlihat seperti persoalan yang terpisah, tidak dikenali sebagai bagian dari persoalan yang besar. Beberapa orang menderita bertahun-tahun sebelum mereka didiagnosa dan dirawat secara benar. Seperti diabetes atau penyakit jantung, bipolar adalah sakit jangka panjang yang harus dikelola secara hati-hati sepanjang kehidupannya.
Seseorang mungkin sedang dalam episode bipolar jika ia mempunyai sejumlah gejala-gejala mania atau depresi hampir sepanjang hari, setiap hari, dan paling sedikit satu atau dua minggu. Adakalanya gejala-gejalanya begitu parah sehingga orang itu tidak dapat berfungsi di tempat kerja, sekolah, atau rumah.
Gejala dan ciri-ciri yang dialami pada fase mania ialah sebagai berikut:
1. Perasaan mudah tersinggung dan curiga,
2. Mudah marah, emosi tidak terkendali, dan tidak sabaran,
3. Merasa dirinya penting dan perfek,
4. Merasa memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain,
5. Penuh ide dan semangat baru,
6. Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya,
7. Berbicara cepat sehingga sulit dimengerti,
8. Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba,
9. Merasa sangat mengenal orang lain,
10. Mudah dikacaukan atau dipengaruhi, dan
11. Tidur yang sedikit karena sangat aktif.
Menurut Weisberg (1994), perubahan mood mempengaruhi motivasi untuk menghasilkan karya kreatif daripada proses kreatif itu sendiri. Seorang penderita bipolar disorder yang berada pada tahap mania cenderung lebih berani mengeluarkan isi pikirannya daripada seseorang tanpa bipolar disorder. Ini banyak ditemukan pada orang-orang yang terlibat dalam dunia seni. Sejumlah artis, komposer, dan penulis yang mempunyai riwayat bipolar disorder dikenal dapat menghasilkan karya-karya yang baik. Para sejarawan juga percaya bahwa Vincent Van Gogh mengidap bipolar disorder. Keadaan mania dapat memicu kreativitas terkait dengan adanya peningkatan mood, pikiran yang muncul tiba-tiba, dan kemampuan menghubung-hubungkan ide dan gagasan.
Issac Newton, Ludwig Van Beethoven, Demi Lovato, Vivien Leigh, Sinead O’Connor, Ernest Hemingway, Sidney Sheldon, Jim Carrey, dan masih banyak lagi juga mengidap bipolar disorder.
Gejala dan ciri yang dialami pada saat fase depresi ialah sebagai berikut:
1. Tidak ada minat dan semangat,
2. Pesimis dan timbul perasaan bersalah,
3. Suasana hati yang murung dan sedih,
4. Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas,
5. Kehilangan minat untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan,
6. Mudah letih dan tak bertenaga,
7. Sulit berkonsentrasi,
8. Merasa tak berguna dan putus asa,
9. Merasa bersalah dan berdosa,
10. Menarik diri dari pergaulan dan tidak percaya diri,
11. Tidak nafsu makan atau sering kali makan, dan
12. Memikirkan kematian. Hampir semua penderita bipolar disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri dan 30% di antaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara. (1990, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004) 

Selain fase mania dan depresi, bipolar disorder juga terdapat fase hipomania. Hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya pengidap bipolar pada fase ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal, serta tidak mengalami hallucination dan delusion. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa risiko yang sama dengan mania. Gejala dan ciri yang dialami pada saat fase hipomania ialah sebagai berikut.
1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.
            Ada pula episode campuran (mixed state episode). Mixed state adalah suatu kondisi di mana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalu-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat antidepresan sering dikonsumsi oleh penderita saat berada pada epiode ini. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.
Gejala dan ciri yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri ialah sebagai berikut.
1. Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya.
2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
4. Terkadang lupa akan utang atau tagihan seperti tagihan listrik dan telepon.
Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang mengetahuinya, sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan meninggalkan penderita sendirian, dan jauhkan benda-benda atau peralatan yang berisiko dapat membahayakan penderita atau orang-orang di sekelilingnya.
 
ilustrasi foto: www.google.com

Penyebab Bipolar Disorder
            Seperti yang dikatakan di atas, penyebab gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja. Begitu pun bipolar disorder. Berikut penyebab atau faktor yang mempengaruhi bipolar disorder:
Faktor Genetik
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki risiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50-75% anak-anaknya berisiko mengidap bipolar disorder. Beberapa catatan kelahiran yang kurang sempurna seperti kelahiran prematur, kekurangan oksigen saat kelahiran, dan riwayat kesulitan kelahiran lain cukup menyumbang peran yang besar sebagai pembawa gejala bipolar.

Faktor Lingkungan 
Bipolar disorder tak hanya dipengaruhi oleh gen saja, tetapi juga didorong oleh faktor lingkungan. Pengidap bipolar cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, kematian orang tua, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan.

Ketidakseimbangan “key chemicals
Bipolar disorder juga disebabkan oleh ketidakseimbangan "key chemicals" (cairan kimia utama) dalam otak. Otak terdiri dari bermilyar-milyar sel syaraf yang secara konstan menyampaikan informasi dari sel satu ke sel lainnya. Untuk menjaga kestabilan arus informasi dari sel ke sel, maka otak menghasilkan cairan yang dinamakan "neurotransmitters". Neurotransmitters adalah saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya. Norepinephrin, dopamine, dan serotonin merupakan beberapa jenis neurotransmitters yang penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada penderita bipolar disorder, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang. Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap bipolar disorder dengan kadar dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi, fase ini terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak menurun di bawah normal sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.

Kelainan Otak
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Dari penelitian pada penderita gangguan bipolar berusia dewasa, diketahui bahwa pada pemeriksaan MRI didapatkan pembesaran ventrikel ke-3. Pemeriksaan PET menunjukan penurunan aktivitas metabolisme pada bagian otak depan (lobus frontalis). Hingga saat ini dikatakan bahwa abnormalitas yang terjadi pada bagian-bagian otak tersebut akan menyebabkan gangguan dalam pengaturan mood dan fungsi kognitif.

Serangan Virus
Gangguan bipolar belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi diduga berkaitan dengan virus yang menyerang otak. Serangan virus berlangsung semasa janin dalam kandungan atau di tahun pertama sesudah lahir. Namun, baru 15-20 tahun kemudian mewujud menjadi bipolar.

Semua kemungkinan penyebab gangguan bipolar di atas, baru dugaan dan masih dalam proses penelitian lebih lanjut. Penyebab gangguan bipolar yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti sampai saat ini.


Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pola gejalanya yang khas. Namun, secara garis besar bipolar diklasifikasikan menjadi gangguan bipolar 1, bipolar 2, bipolar campuran, dan siklotimik.
Gangguan Bipolar I 
Diucapkan "bipolar satu" dan juga dikenal sebagai manic-depressive disorder atau manic depression. Seseorang dipengaruhi oleh gangguan bipolar I memiliki setidaknya satu episode manik dalam hidupnya. Kebanyakan orang dengan gangguan bipolar I juga menderita dari episode depresi. Sering kali, ada pola berulang antara mania dan depresi. Di sinilah istilah "manic depresi" berasal. Di antara episode mania dan depresi, banyak orang dengan gangguan bipolar I bisa menjalani kehidupan normal. Gangguan bipolar I lebih banyak episode manik daripada depresi. Bipolar I juga ada kecenderungan mengalami waham. Waham yaitu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika.

Gangguan Bipolar II 
Mirip dengan gangguan bipolar I, dengan suasana hati berulang antara tinggi dan rendah dari waktu ke waktu. Namun, pada gangguan bipolar II, yang "naik" suasana hati tidak pernah mencapai penuh pada mania. Suasana hati yang paling tinggi dalam gangguan bipolar II disebut episode hypomanic, atau hypomania. Seseorang yang dipengaruhi oleh gangguan bipolar II memiliki setidaknya satu episode hypomanic dalam hidupnya. Kebanyakan orang dengan gangguan bipolar II juga menderita episode depresi. Di antara episode hypomania dan depresi, banyak orang dengan gangguan bipolar II hidup normal. Bipolar II tidak ada kecenderungan mengalami waham. Episode depresif dalam gangguan bipolar II mirip dengan depresi klinis, dengan perasaan depresi, kehilangan kesenangan, energi rendah dan aktivitas, perasaan bersalah atau tak berharga, dan pikiran bunuh diri. Siklus gejala gangguan bipolar ini bisa minggu, bulan, atau jarang tahun. Kebanyakan bipolar II lebih banyak mengalami episode depresi.

Gangguan Bipolar Campuran 
Berbeda dengan gangguan bipolar II, gangguan bipolar campuran antara episode depresi dan episode manik tidak ada aturan. Tanda-tanda umum episode campuran termasuk gejala depresi dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, dan pikiran yang berubah-ubah sangat cepat. Kombinasi energi tinggi dan rendah ini membuat suasana hati yang sangat berisiko tinggi bunuh diri. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.

Gangguan Siklotimik
Bentuk yang lebih ringan adalah gejala siklotimik, di mana periode kegembiraan dan depresi tidak terlalu berat, berlangsung hanya beberapa hari dan kambuh dalam selang waktu yang tidak beraturan. Pada akhirnya penyakit siklotimik berkembang menjadi penyakit manik-depresif, tetapi tidak pernah berkembang menjadi depresi maupun mania.


Penanganan untuk Bipolar Disorder
Banyak orang dengan bipolar disorder menemukan psikoterapi sebagai bagian penting dari program pengobatan mereka. Sebuah intervensi jangka pendek yang disebut terapi kognitif telah membantu beberapa orang. Terapi kognitif beroperasi pada prinsip bahwa pikiran menentukan suasana hati dan emosi. Meskipun ini bukan untuk mengatakan bahwa orang dengan bipolar disorder harus mampu mengendalikan suasana hati mereka, terapi memiliki aplikasi untuk belajar bagaimana memantau pemikiran seseorang sebagai peringatan dari tahap awal episode.
Bipolar disorder biasanya akan berlangsung seumur hidup. Bipolar memang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi bisa ditangani secara efektif dengan treatment jangka panjang. Penanganan yang tepat membantu orang dengan bipolar disorder mengontrol perubahan mood yang terjadi pada dirinya.
Penanganan yang efektif biasanya menggabungkan antara farmakologi atau penggunaan obat dan psikoterapi. Untuk penanganan dengan obat-obatan, harus berkonsultasi dengan psikiater atau berobat ke pusat kesehatan. Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala bipolar adalah penstabil mood, antipsikotik, dan antidepresan. Masing-masing obat ini memiliki efek samping yang berbeda-beda pada tubuh penggunanya dan sering kali sangat tidak nyaman, seperti diare, penglihatan kabur, dan pusing. Namun, obat-obatan ini harus tetap dikonsumsi secara rutin.
Untuk psikoterapi, ada beberapa teknik yang bisa dipilih dalam penanganan bipolar disorder. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah teknik psikoterapi yang diterapkan pada individu dengan bipolar disorder. Teknik ini membantu mereka untuk belajar mengubah pikiran dan perilaku yang merusak atau negatif. Family-focused therapy adalah teknik yang melibatkan anggota keluarga. Teknik ini membantu keluarga untuk mengenali gejala-gejala yang mungkin timbul dan apa yang bisa dilakukan oleh keluarga. Teknik ini juga berusaha meningkatkan komunikasi dan kemampuan penyelesaian masalah dalam keluarga. Interpersonal and social rhythm therapy adalah teknik yang berusaha meningkatkan kemampuan sosial orang dengan bipolar disorder. Selain itu, mereka diharuskan untuk membuat jadwal rutin dan tidur untuk melindungi dari episode manic.
            Selain dengan psikoterapi dan obat-obatan, bisa juga menumbuhkan pikiran positif dalam diri agar dalam hidupnya akan selalu berpikir positif dan menjauhkan pikiran negatif. Salah satu caranya dengan motivasi. Baik melalui kata-kata motivasi maupun musik, buku, dan film yang memotivasi. Semua itu dapat mendorong diri agar lebih kuat menjalankan hidup ini karena hidup sebuah perjuangan, terutama bagi seorang bipolar disorder.
Film At the Very Bottom of Everything (di dasar segalanya) merupakan film yang menceritakan perjuangan seorang pengidap bipolar disorder dalam menjalani kehidupannya. Trailernya dapat dilihat di youtube. Ini linknya: http://www.youtube.com/watch?v=upzH4i8eITU
Dari trailer itu, pengidap bipolar berjuang mati-matian melawan bipolarnya. Walaupun sering kali ia jatuh, jatuh, dan jatuh lagi. Ia berusaha mencari jalan keluar agar ia bisa bangkit dan tidak digerogoti tikus (ilustrasi dalam film)—tikus adalah pengganti bipolar yang terus menggerogoti tubuhnya. Mungkin awalnya saat pertama kali menonton trailer film itu, kamu bertanya-tanya dan tidak mengerti maksudnya. Bahkan mungkin merasa jijik dan takut dengan tikus, banyaknya luka-luka dan darah di tubuh pemerannya. Akan tetapi, bila kamu meresapi dan mendalami maksud dari itu semua, kamu akan tahu betapa menderitanya seorang bipolar disorder.
Sudah ada beberapa film luar negeri yang menceritakan tentang bipolar disorder, salah satunya berjudul Black Swan. Mungkin film karya anak negeri kita sendiri yang menceritakan tentang bipolar baru film At the Very Bottom of Everything karya Paul Agusta. Film itu berdasarkan pengalamannya sendiri dalam menghadapi bipolar disorder.
ilustrasi foto: www.google.com 

Apa yang Harus Dilakukan Jika Menemui Orang dengan Bipolar Disorder?

Jika kamu menemukan seseorang dengan Gangguan Bipolar, hal pertama dan terpenting yang harus dilakukan adalah membantunya untuk memperoleh bantuan berupa diagnosa dan penanganan yang tepat. Kamu bisa mengantarkannya ke psikiater, psikolog, atau pusat kesehatan terdekat. Beri dukungan agar orang tersebut mau memperoleh penanganan. Selain itu, kamu juga bisa melakukan beberapa hal di bawah ini untuk membantu teman atau keluarga yang mengalami bipolar disorder:
  1. Beri dukungan emosional, pengertian, dan kesabaran baginya.
  2. Pelajari tentang bipolar disorder sehingga kamu dapat memahami apa yang ia rasakan.
  3. Ingatkan dan kontrol jalannya penanganan, baik obat-obatan maupun psikoterapi.
  4. Jangan pernah mengabaikan keinginannya untuk menyakiti diri sendiri, laporkan dan konsultasikan dengan tenaga kesehatan.

Jika Kamu Sendiri Merasakan Gejala Bipolar?

Segera cari bantuan ke tenaga kesehatan, baik psikiater, psikolog, maupun pusat kesehatan lainnya untuk mendapat penanganan. Selain itu, tetap jaga rutinitas sehari-hari, seperti tidur dan makan di waktu yang sama setiap harinya. Jangan pernah meninggalkan obat yang telah diresepkan oleh tenaga kesehatan. Pelajari tanda-tanda munculnya gejala mania atau depresi.

Bipolar disorder harus diobati secara terus-menerus, tidak boleh putus. Bila putus, fase normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin sering. Adanya fase normal pada bipolar disorder sering mengakibatkan buruknya “kepatuhan” untuk berobat karena dikira sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi sangat penting agar penderita dapat ditangani lebih dini.
Namun, sebaik apa pun terapi dan pengobatan bipolar yang dijalani, tak akan efektif dan optimal hasilnya jika tidak memiliki 3 hal berikut:
  1. Kemauan kuat untuk sembuh,
  2. Keyakinan yang kokoh kepada diri-sendiri dan kepada Tuhan bahwa dirinya bisa sembuh, dan
  3. Semangat, antusiasme, dan disiplin diri dalam menjalani terapi/pengobatan.

Tulisan ini diambil dari berbagai sumber yang dijadikan satu sehingga saling berhubungan. Semoga bermanfaat, menambah pengetahuan, dan dapat ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Bila ada kritik dan masukannya sangat ditunggu dengan senang hati untuk menambah pengetahuan saya :) 

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar